Dulu Ditarget, Taliban Sekarang Sikat Unit Anti-Pencucian Uang Afghanistan
Sejumlah ahli memperingatkan ketiadaan unit intelijen keuangan (FIU) dapat mengganggu hubungan Afghanistan dengan sistem keuangan internasional dan pemberi pinjaman di luar negeri.
Unit semacam itu --yang memeriksa aliran uang dari aktivitas mencurigakan-- sangat penting bagi sebuah negara yang ingin bergabung dalam komunitas keuangan global, kata Stuart Jones, Jr., pendiri dan kepala eksekutif perusahaan pengukur risiko Sigma Ratings.
Jones pernah menjadi atase Departemen Keuangan AS untuk Afghanistan pada 2008-2010.
Terhubung kembali dengan sistem keuangan global bisa diperumit oleh sanksi terhadap Taliban dan fakta bahwa seorang menteri senior pemerintah Afghanistan mengepalai organisasi teroris.
"Afghanistan dianggap berisiko tinggi oleh hampir semua lembaga keuangan global sebelum pengambilalihan oleh Taliban," kata Jones.
"Sekarang, dengan kepemimpinan bank sentral yang belum teruji, unit intelijen keuangan yang tidak beroperasi, dan aset pemerintah yang berkuasa dibekukan oleh PBB, serta sebutan teroris kepada tokoh-tokoh kunci oleh Amerika Serikat, saya memperkirakan lembaga keuangan asing akan bertindak dengan sangat hati-hati. "
Taliban menginginkan akses ke cadangan yang ditahan di luar negeri, juga bantuan dan pembiayaan lainnya, setelah ekonomi Afghanistan terguncang akibat perang, kekeringan, kekurangan pangan, dan eksodus ribuan pekerja profesional.
Taliban mengatakan mereka ingin para profesional kembali bekerja untuk membantu memulihkan ekonomi. Kelompok itu bersumpah tak akan ada dendam terhadap musuh-musuh lama mereka.