Dulu Gatot Janji kalau Menang Balik ke Sini Lagi, Eh…gak Datang, Masuk KPK
Namun, kesulitan itu terkompensasi pemandangan elok di kanan-kiri. Mulai bukit, sawah, rumah bolon (rumah adat Batak), dan Danau Toba.
Meninggalkan area pancuran laki-laki, yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba: Pasogit membawa Jawa Pos ke tujuh mata air di dalam sumur. Tapi, karena kondisi sumur tengah tidak kering, yang tampak hanya tiga.
Menurut Pasogit, ketujuh mata air masing-masing mengeluarkan air di satu sumur itu. Artinya, ketujuh air bergabung menjadi satu. Tapi, saat keluar dari pancuran, rasanya berbeda-beda, menjadi tujuh rasa. ’’Di situ keajaibannya,’’ terangnya.
Untuk melihat jelas ketujuh mata air, sumur harus dikeringkan dulu. Biasanya, warga Sipitu Dai melakukannya setiap tiga bulan. Dengan harus didahului ritual.
Itu adalah bentuk kearifan lokal setempat untuk menghormati dan menjaga alam. Dan, itu lumrah dipraktikkan berbagai masyarakat adat di penjuru tanah air.
Itu pula yang membuat mereka menggembok pintu masuk. Mereka sangat khawatir ada pengunjung yang bisa celaka kalau sampai menodai kesakralan tempat ritual.
’’Pernah ada yang melecehkan tempat ini, mobilnya nggak bisa naik. Mundur masuk selokan, padahal mobilnya baru,’’ terangnya.
Tentu terserah kepada masing-masing orang untuk memercayainya atau tidak. Seperti juga terhadap khasiat air dari Aek Sipitu Dai.