Dulu Penggembala Kambing, Ingin Bangun Akademi Angkat Besi
”Jadi, nanti bisa berjalan beriringan (dengan pelatnas),” lanjutnya. Hanya, rencana pria kelahiran 24 Juli 1989 tersebut masih menemui kendala. Eko belum mendapatkan lahan yang representatif untuk mendirikan akademi itu.
”Lebih tepatnya belum ada. Saya sedang membangun komunikasi dengan banyak pihak untuk minta dukungan,” ujarnya.
Jika akademi itu berdiri, Eko berkomitmen bakal menghidupi secara maksimal. Bekalnya adalah uang hadiah dan bonus selama ini. Bekal lainnya ilmu selama menjadi atlet.
Sebelum mimpi itu benar-benar terealisasi, Eko akan terus mengejar prestasi. Bapak dua anak tersebut masih penasaran untuk meraih medali emas Olimpiade. Capaian tertinggi Eko di Olimpiade adalah medali perak. Eko juga masih berhasrat tampil di Asian Games empat tahun lagi di Hangzhou, Tiongkok.
Baginya, usia hanyalah deretan angka. Selagi masih mampu dan kuat, dia tetap ingin tampil di pentas dunia. Seperti seorang Oscar Figueroa, lawan tandingnya yang merengkuh medali emas Olimpiade Rio 2016 pada usia 33 tahun.
”Selain itu, saya punya beban moral. Karena belum ada pelapis yang bisa bersaing di pentas internasional,” terangnya. (nap/c6/fim)