Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Dulu, Toni Keluar Semua Lari. Sekarang, Toni Datang Semua Memanggil

Selasa, 05 November 2013 – 03:13 WIB
Dulu, Toni Keluar Semua Lari. Sekarang, Toni Datang Semua Memanggil - JPNN.COM
SEHATI: Harwan (kiri) dan Toni saat bertemu di Studio X-Code Jogjakarta bulan lalu. F-GUNAWAN SUTANTO / JAWA POS

Akhirnya Harwan dan timnya urung membuat dokumentasi perawat. Mereka memilih mendalami keseharian Toni. "Saya berusaha dekat dengan dia. Awalnya saya rekam aktivitasnya lewat kamera ponsel dan sesekali melalui handycam. Dia nyaman dengan hal itu," paparnya. Kejadian itu terjadi sekitar pertengahan 2008.

Setahun kemudian, Harwan merasa harus merawat Toni dan akhirnya memutuskan untuk mengajaknya tinggal di Studio X-Code. "Saya melihat, orang ini kalau dirawat di tempat orang sakit malah jadi sakit. Saya merasa punya tanggung jawab untuk menjadikan dan mengembalikannya menjadi makhluk sosial," ungkap alumnus SMA Negeri 1 Pleret, Bantul itu.

Awalnya tak mudah memang memasukkan Toni dalam kehidupan orang normal. Sekitar dua bulan Harwan mengajari Toni hal-hal mendasar, seperti mandi, sikat gigi, hingga potong kuku. "Dulu pertama tinggal di sini tidak seperti itu, sangat jorok," kelakar Harwan.

Menurut Harwan, TBS sejatinya sebuah video kritik sosial yang membicarakan isu-isu hangat di Indonesia. "Saya ingin menyampaikan pesan bahwa orang seperti Mas Toni ini juga berhak bicara mengenai apa yang sedang terjadi di Indonesia. Saya ingin mengkritisi sesuatu, tapi tanpa menyakiti," papar Harwan.

Video lima menitan itu temanya memang berganti-ganti. Ada soal korupsi, patgulipat di ranah sepak bola, hingga calon presiden. Harwan mengatakan, pemilihan topik itu juga melalui brandstorming dengan semua kru layaknya di televisi. Dalam hal ini Toni juga dilibatkan.

Toni memang bisa dikategorikan bukan penderita skizofrenia biasa. Koran ini sempat menanyainya tentang sejumlah isu. Beberapa jawaban Toni memang benar. Namun, jawaban itu selalu dia perpanjang dengan penjelasan yang ngelantur ngalor-ngidul.

Misalnya ketika ditanya perihal setuju atau tidak hukuman mati untuk koruptor. Toni menjawab bagi Indonesia itu belum layak. "Karena belum memiliki mayoritas. Masih memiliki rasa kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan, hanya memiliki suatu adjustment, naik banding atau kurungan seumur hidup," jawab pemilik nama Toni Edi Suryanto itu. Apa yang disampaikan Toni sepintas memang seperti bahasa Vicky Prasetya. Karena itu, ketika pemberitaan terhadap Vicky ramai, orang-orang kemudian menyebut Vicky meniru Toni, seorang skizofrenia yang lebih dulu ngetop.

TBS sendiri diakui Harwan sebenarnya mulai dikenal masyarakat sejak episode ke-10 atau sekitar setahun sejak awal dibuat. Namun, setelah ada kasus Vicky, orang yang tahu Toni Blank Show lebih banyak lagi.

Videografer Harwan Panuju mengangkat seorang penderita skizofrenia di sekitar tempat tinggalnya menjadi seorang bintang serial video di media sosial.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News