Ekonomi AS Membaik, Guncangan Baru Datang
jpnn.com - JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) terus memberikan sinyal untuk mengurangi stimulus melalui quantitative easing (QE). Indonesia dan seluruh negara di dunia pun harus bersiap menghadapi guncangan ekonomi gara-gara kebijakan tersebut.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, kebijakan The Fed tersebut akan berdampak pada kondisi fiskal dan ekonomi Negeri Paman Sam.
”Itu bisa mengakibatkan kontraksi (perlambatan ekonomi, Red) dan akan berdampak ke Indonesia. Karena itu, kita harus siap-siap,” ujarnya Kamis lalu (8/8).
Sebagaimana diketahui, untuk membantu perekonomian AS yang terseok karena krisis, The Fed secara rutin membeli surat utang pemerintah beragun aset senilai USD 85 miliar (sekitar Rp 850 triliun) setiap bulan. Dana dari The Fed itulah yang digunakan pemerintah AS untuk menopang ekonomi negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.
Namun, ketika perekonomian AS sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan (recovery), Chairman The Fed Ben Bernanke Juni lalu menyatakan rencananya untuk mengurangi suntikan likuiditas (tapering off).
Berita itu langsung mengguncang pasar keuangan dunia, termasuk Indonesia. Sebab, sebagian dana QE dari The Fed itu juga mengalir ke pasar keuangan di berbagai negara, termasuk pasar modal di Indonesia.
Banyak ekonom dan pelaku bisnis di AS yang memproyeksi The Fed akan memulai kebijakan tapering off September mendatang. Itu terkait dengan rilis data ekonomi AS yang cukup positif. Misalnya, pertumbuhan ekonomi triwulan II yang sudah mencapai 1,7 persen serta turunnya angka penganggur.
Lantas, apa yang akan dilakukan BI? Menurut Agus, BI bakal melanjutkan round table policy dialogue dengan pemerintah. Sebab, mitigasi risiko pelemahan ekonomi global banyak bergantung pada pemerintah.