Ekonomi Indonesia Terlalu Cepat Dibuka, Bantuan untuk Warga Juga Terkendala
Kekhawatiran rumah sakit di Jakarta yang akan melebihi kapasitasnya serta angka penularan rata-rata harian yang setidaknya mencapai 1.000 kasus dalam beberapa pekan terakhir menjadi salah satu pertimbangannya.
Epidemiolog dari Universitas Airlangga di Surabaya, Dr Windhu Purnomo menilai kebijakan yang mengedepankan kesehatan adalah yang tepat, meski PSBB kedua di Jakarta dinilainya sebagai sebuah "hasil kompromi".
"Setelah dikritik oleh Komite Kebijakan Airlangga Hartarto, konsepnya dikompromikan dan hasilnya bukan PSBB total, tapi PSBB yang penuh pelonggaran," ujarnya kepada Hellena Souisa dari ABC Indonesia.
"Contohnya di konsep awal hanya ada 11 jenis aktivitas esensial yang boleh berjalan, sekarang di luar aktivitas [tersebut] pun masih bisa."
'Membuka keran ekonomi terlalu cepat'
Keputusan Anies sebelumnya mendapat banyak tanggapan dari sejumlah kalangan, termasuk para menteri koordinator yang mengaitkannya dengan aktivitas ekonomi yang juga akan terbatas.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan dari Kementerian Kesehatan, Abdul Kadir bahkan pernah mengatakan jika Indonesia "tidak perlu lagi" menerapkan 'lockdown'.
"Kalau kita lockdown atau PSBB apa yang terjadi? Ekonomi tidak bergerak," ujar Abdul seperti yang dikutip dari Kompas.com.