Ekowisata Mangrove Tak Terurus Lagi
jpnn.com, KUPANG - Baru satu tahun terakhir ekowisata Mangrove di Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang menjadi viral. Pengunjung pun padat. Namun apadaya, kini sudah tak terurus lagi.
FENTI ANIN, Kupang
Ekowisata Mangrove di Kelurahan Oesapa Barat yang menjadi salah satu objek wisata favorit di Kota Kupang kini memprihatinkan. Tempat wisata yang dibangun melalui program International Fund for Agricultural Development (IFAD) ini kian terancam karena tidak diperhatikan lagi.
Tampak beberapa papan di jembatan tersebut sudah lapuk. Pagar jembatan pun sudah patah. Ada papan yang sudah terlepas. Warga pun terpaksa menutup jembatan bagian kiri karena sangat berbahaya.
Salah satu warga RT 02/RW 01 Kelurahan Oesapa Barat, Kecamatan Kelapa Lima, Daud Ndolu yang biasa menjaga pintu masuk, mengatakan Pemerintah Kota Kupang sudah melarang mereka untuk memungut biaya masuk. Jadi saat ini pengunjung masuk ke objek wisata tersebut tanpa karcis. Awalnya harga karcis di tempat tersebut Rp 2.000. Namun karena dilarang oleh Pemkot maka tidak ada pungutan lagi.
Akibatnya warga setempat yang biasanya mengurusi objek wisata tersebut tidak lagi mau memperhatikan objek wisata tersebut. Alasannya tidak ada dana untuk sekadar mengganti papan yang lapuk.
Menurut Daud, sebelumnya kalau ada kayu yang sudah lapuk, mereka langsung menggantinya dari biaya karcis yang terkumpul. Selain itu, warga sekitar juga selalu bergotong royong membersihkan pantai dan kawasan jem, batang mangrove tersebut.
"Dulu kami selalu peduli dengan kondisinya. Selalu diganti kayu-kayu papannya. Setiap sore warga gotong-royong untuk membersihkan, namun sekarang masyarakat sudah malas mengurus, karena pemerintah sudah melarang adanya pungutan parkir. Kami mau dapat uang dari mana untuk membeli kayu dan lainnya jika sudah tidak ada pemasukan," katanya seperti dilansir Timor Express (Jawa Pos Group).