Eksplorasi Migas Turun, Lifting Kian Terancam
jpnn.com - JAKARTA – Upaya Kementerian ESDM mendorong kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas untuk mengeksplorasi kawasan Indonesia Timur belum mendapat sambutan memadai.
Harga minyak dunia yang rendah mengakibatkan biaya eksplorasi di kawasan itu kurang ekonomis. Pjs Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Ngatijan mengungkapkan, keengganan KKKS terlihat dari rencana kerja dan anggaran KKKS.
Mayoritas masih menjadikan wilayah barat dan tengah Indonesia sebagai tujuan eksplorasi. Artinya, eksplorasi besar-besaran di Indonesia Timur belum berjalan. ’’Rencana go to east belum dikenal dengan baik,’’ katanya.
KKKS menutup mata dengan potensi migas di kawasan timur karena tipikal laut dalam. Eksplorasi membutuhkan proses lebih berat dan biaya lebih besar. Karena itulah, eksplorasi migas tidak ekonomis.
Untuk memancing KKKS menggarap kawasan timur, Ngatijan menilai pusat logistik berikat (PLB) bisa menjadi pintu masuk. Berbagai kemudahan yang diberikan di PLB mampu membuat kegiatan eksplorasi lebih ekonomis.
Secara umum, kegiatan eksplorasi di Indonesia memang masih rendah. Tahun ini ada 149 kegiatan eksplorasi. Namun, hanya 35 persen yang terlaksana. Kendala perizinan, batasan penggunaan lahan hutan lindung, kurang kuatnya financial contract, dan isu sosial mengakibatkan kegiatan eksplorasi menurun.
Meski demikian, Ngatijan menyebutkan bahwa realisasi lifting minyak dan gas bumi pada lima bulan pertama 2016 sudah mencapai 99,5 persen dari target. Dalam APBN 2016, lifting migas ditetapkan 1,985 juta barel setara minyak per hari.
Hingga 14 Mei, lifting sudah menembus 1,975 juta barel setara minyak per hari. ’’Target sedikit tidak tercapai karena anjloknya harga minyak membuat beberapa KKKS cenderung menyimpan hasil produksi minyak,’’ terang dia. (dim)