Ekspor Ternak Australia dari Pelabuhan Darwin Anjlok di Tahun 2022
"Kami telah melakukan yang terbaik untuk klien. Saat ini kami berusaha mencari bantuan untuk menciptakan perdagangan yang lebih baik," tambahnya.
Masalah penyakit kulit, kaki dan mulut
Di samping harga minyak dan harga ternak yang tinggi, kekhawatiran ancaman biosekuriti juga berdampak pada ekspor Australia.
Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) dan penyakit kulit menggumpal yang dialami ternak di Indonesia menyebabkan perdagangan ternak melambat secara signifikan pada pertengahan tahun.
Direktur Utama Asosiasi Eksportir Ternak Northern Territory (NTLEA) Tom Dawkins mengakui tahun ini sebagai kondisi "buka-tutup" namun saat ini ekspor mulai meningkat lagi.
"Selalu ada momentum untuk mengirim sapi ke Indonesia sebelum musim basah di Top End. Begitulah urutannya untuk tahun ini," jelas Tom.
"Bulan November menandai terjadinya kenaikan ekspor yang wajar, dan Desember akan lebih sibuk lagi," tambahnya.
Tom Dawkins memperkirakan sekitar 30.000 ternak akan meninggalkan Pelabuhan Darwin pada bulan Desember ini, mendekati jumlah rata-rata ekspor selama bulan Desember di tahun-tahun sebelumnya.
"Tapi kondisi ini memang masih merupakan periode perdagangan yang sulit bagi semua pihak," katanya.