El Nino Dapat Diprediksi Melalui Analisis Histori ENSO
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) meminta kepada seluruh jajarannya untuk membantu para petani dengan melalukan berbagai antisipasi dan meminta persiapan dari seluruh daerah di Indonesia untuk menghadapi El Nino.
El Nino merupakan fenomena memanasnya suhu muka di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur.
Ketika terjadi El Nino maka di wilayah Indonesia akan mengalami penurunan curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang.
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mendorong para petani membuat Indonesia menjadi negara paling kuat dalam menghadapi ancaman El Nino maupun krisis global dunia.
“Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrem El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang,” tegas Mentan Syahrul.
Menindaklanjuti hal tersebut, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan El Nino adalah salah satu fenomena sebagai dampak dari climate change, selain itu ada juga La Nina dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang luar biasa.
"El Nino merupakan fenomena kering dimana curah hujannya itu lebih kering dari biasanya. Yang disebut dari biasanya itu rata-rata curah hujan selama 25 tahun. Kalau El Nino itu lebih kering dibandingkan dengan rata-rata selama 25 tahun itu," kata Dedi Nursyamsi pada acara Ngobrol Asyik (Ngobras) Penyuluhan Volume 19 yang dilaksanakan di AOR BPPSDMP, Selasa (16/5).
Sejak awal tahun ini BMKG telah menyampaikan bahwa El Nino akan terjadi pada Mei 2023 dan ini akan berdampak pada sektor pertanian.