El Nino Dapat Diprediksi Melalui Analisis Histori ENSO
BMKG mengeluarkan peringatan pada Mei dan Juni merupakan El Nino lemah, sedangkan pada Agustus merupakan puncak El Nino.
"Pertanian tidak boleh bersoal, manusia punya akal untuk mengantisipasi kekeringan yang melanda sektor pertanian," tegasnya.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Elza Surmaini yang menjadi narasumber Ngobras mengatakan salah satu penyebab penurunan produksi pangan adalah kekeringan yang merupakan dampak kejadian iklim ekstrem.
Kekeringan berlangsung hampir setiap tahun dan intensitasnya meningkat tajam pada kondisi El Nino.
“Sebaliknya, pada saat El Nino terjadi peningkatan luas tanam karena turunnya tinggi muka air terutama pada lahan rawa lebak,” ujarnya.
Elza menambahkan bahwa produksi padi Indonesia terus mengalami peningkatan karena berkembangnya teknologi, namun produksi padi sangat berkorelasi kejadian ENSO.
El Nino berkorelasi dengan penurunan produksi padi akibat kekeringan.
“ENSO sudah dalam kondisi netral pada Maret-April 2023. Kemudian pada Juni-Oktober 2023 diprediksi berpeluang menjadi El Nino (>70%),” kata Elza Surmaini. (rhs/jpnn)