Rupanya, Pahlawan di Koin Rp200 itu Dokter Pemberontak
Ia baru dikirim ke Jawa pada umur kira-kira 18 tahun berhubung dengan kepentingan pendidiknya. Selama di Jawa pendidikannya tetap menjadi tanggungjawab Dr. Tjipto.
Di dokumen tersebut nama anak angkat Tjipto tertulis Pestiati. Sedangkan dalam buku Balfas tertulis Pesjati. Beda tipis, meski masih sebunyi.
Karena lakon itulah, Tjipto menerima penghargaan Orde van Oranje Nassau dari pemerintah Hindia Belanda, Januari 1912.
Pada 1913, bersama Douwes Dekker dan Ki Hadjar Dewantara, dr Tjipto mendirikan Indische Partij dan bergiat di koran De Express. Alumni STOVIA itu sempat menulis laporan khusus tentang wabah pes.
Hasil penelitiannya tentang pes sempat pula dipaparkan di muka suatu sidang ilmiah s'Gravenhage.
Pada 1915 giliran Solo dilanda wabah pes. Tjipto meminta bantuan pemerintah untuk sama-sama memberantasnya. Namun karena kegiatan politiknya tak disukai pemerintah, permohonan diabaikan.
Kecewa, pada 10 Mei 1915, dikembalikannya tanda bintang jasa Orde van Oranje Nassau kepada pemerintah.
Bahkan sebelum mengembalikannya, "sebagai bentuk protes ia mengenakan bintang jasa tersebut di bokongnya sehingga hal tersebut menjadi pembicaraan rakyat," papar Syefri Luwis, peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.