Rupanya, Pahlawan di Koin Rp200 itu Dokter Pemberontak
Dalam sebuah adegan, dirinya mendapati sekawanan penduduk hendak membakar rumah penderita pes. Ada seorang bayi di dalamnya. Orang tua bayi tersebut sudah meninggal karena wabah pes. Dan si bayi sudah terjangkit pula.
Tjipto mencegah mereka. Setelah meyakinkan penduduk, ia masuk ke rumah itu. Menggendong si anak keluar dan lalu tekun mengobati. Berhasil.
"Bayi perempuan tersebut kemudian ia angkat sebagai anak dan diberi nama Pesjati. Sebagai kenangan peristiwa itu," demikian Balfas.
Hasil penelitian Balfas tersebut diterbitkan Djakarta-Amsterdam: Djambatan pada 1957.
Pada 1992, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta menerbitkan hasil penelitian Soegeng Reksodihardjo. Sebuah buku berjudul Dr. Cipto Mangunkusumo.
Buku ini melampirkan dokumen penting. Sepucuk surat bertanggal 8 Agustus 1974 yang ditulis Ny. M. Ranti-Mangunkusumo, adik Tjipto.
Berikut cuplikannya…
Ia dipungut sejak umur beberapa hari dan selanjutnya dididik seperti anak sendiri sampai dewasa. Selama Dr. Tjipto di pengasingan di pulau Banda Neira, Pestiati ikut ayah angkatnya dan bersekolah sebagai anak Dr. Tjipto.