Email Pekerjaan Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental Anda
jpnn.com - Pekerjaan sehari-hari yang menumpuk tentu harus diimbangi dengan istirahat. Terkadang saat istirahat, Anda harus benar-benar lepas dari segala urusan terkait pekerjaan agar tidak dibayangi oleh tugas-tugas yang menunggu esok hari. Salah satu hal yang mesti diperhatikan adalah email pekerjaan.
Meski Anda tidak menggunakannya saat pulang kantor, namun notifikasi yang terus menyala bisa membuat hasrat membuka email akan terus ada. Jika Anda sering mengalami hal ini, harap lebih waspada!
Dilansir Newsweek.com, merasa berkewajiban untuk memeriksa email pekerjaan di luar jam kantor tidak hanya buruk bagi kesehatan dan kesejahteraan Anda, tetapi juga hubungan antara keluarga dan kerabat terdekat. Sekalipun Anda tidak membuka kotak masuk saat di rumah, tekanan untuk melakukannya bisa memicu kecemasan.
Studi terkait email pekerjaan dan kesehatan mental ini dilakukan oleh peneliti dengan melibatkan 182 peserta. Setiap peserta bekerja setidaknya 30 jam per minggu di berbagai bidang, termasuk teknologi, kesehatan, dan pemerintah. Rata-rata peserta berusia antara 31 dan 35 tahun dari latar status hubungan yang beragam, termasuk yang masih lajang hingga sudah menikah. Bagaimana hasilnya?
Studi tentang email pekerjaan dan kesehatan mental
Para peneliti meminta para peserta untuk mengisi survei selama empat hari berturut-turut. Pertanyaan-pertanyaannya meliputi seberapa sering mereka memeriksa email kerja di luar jam kerja, serta seberapa lama mereka melakukannya. Peserta juga melaporkan perasaan cemas dan konflik yang mereka miliki dengan orang lain akibat kebiasaan ini.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan membuka email pekerjaan di waktu yang tidak seharusnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental secara nyata. Ia dapat memicu stres, depresi, hingga gangguan lainnya.
"Pihak kantor mungkin berpikir bahwa konektivitas yang berlangsung terus, sekali pun itu terjadi di waktu yang seharusnya, dapat menguntungkan karena bakal mendapatkan produktivitas yang lebih banyak dari karyawan,” ujar William Becker, peneliti dari Virginia Tech.