Empat Tahun Tsunami, Kisah Mereka yang Bangkit dari Titik Nol (1)
Sembuh dari Gila, Sukses Kelola Warung Kopi di PantaiRabu, 03 Desember 2008 – 05:47 WIB
”Setelah salat di sini (Masjid Babul Jannah), saya biasa melamun berjam-jam. Melihat banyak orang lalu lalang, termasuk relawan yang mondar-mandir di depan masjid, pikiran saya jadi terbuka. Mengapa tidak buka warung (kopi), pasti laris,” katanya.
Dugaannya benar. Setelah buka, warung Muhari benar-benar jadi jujukan warga sekitar karena lokasinya strategis. Selain di pusat kerusakan gempa Meulaboh, warung Muhari jaraknya hanya selemparan batu dari laut. Angin semilir pun menemani pembeli sambil asyik ngopi.
Wartawan dan para aktivis LSM lokal dan asing yang terlibat dalam upaya pembangunan kembali Aceh banyak yang ngopi di warung Muhari. Salah satu daya tariknya, di tempat itu mereka mendapat banyak data dan cerita soal tsunami dari para korban. ”Semula hanya warung kopi, lalu berkembang jadi warung makan. Sebab, saat itu banyak LSM lokal, asing, dan wartawan kesulitan mencari warung makan dekat pantai,” ujarnya.