Empu Sungkowo, Satu-satunya Empu Keris Jogjakarta
Sudah Full Order hingga 2012Selasa, 23 November 2010 – 07:51 WIB
Guratan itu lahir dari teknik yang sangat rumit. Bahan dicampur, dileburkan, ditempa, ditekuk, ditempa lagi, dilapisi, ditekuk lagi, begitu seterusnya. Pamor bisa muncul tanpa direkayasa (pamor tiban), juga bisa direncanakan (pamor rekan).
Selain ditentukan oleh dapur dan pamor, tingkat kesulitan pembuatan dipengaruhi tangguh (spesifikasi atau gaya pembuatan) keris. Misalnya, ada tangguh Majapahit yang terdiri atas 2.048 lapis. Artinya, besi ditempa dan ditekuk hingga lebih dari dua ribu kali. Yang paling banyak adalah tangguh gaya Sendang Sedayu. Yakni, 4.096 lapis. "Kalau keris jenis itu, untuk pamor saja dibutuhkan besi 16 kilogram," terang dia.
Bayangkan, besi dan campuran bahan lain yang kadang mencapai berat 30 kilogram tersebut digunakan untuk membuat keris yang panjangnya tak sampai 40 sentimeter dengan berat kadang tak sampai 1 kilogram. Dalam mengerjakan keris, Sungkowo punya sejumlah pantangan. Melakukan hal-hal yang tidak baik akan bisa mengeruhkan batin dalam membuat keris. Selain itu, ada hari-hari tertentu yang dianggap sebagai pantangan. Yakni, Kamis Wage, Jumat Kliwon, Sabtu Legi, dan Rabu Pon. Bila melanggar, ada saja halangannya. "Misalnya, keris yang sudah hampir jadi tiba-tiba patah menjadi dua atau menempa tapi tidak bisa panas-panas. Pokokmen, eneng-eneng wae (Pokoknya, ada-ada saja, Red)," terangnya.