Eni Tinggalkan Surat Sebelum Lompat dari Jembatan Ampera
Dari hasil VeR yang disampaikan dokter forensik Dr Indra Sakti Nasution, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau penganiayaan pada tubuh korban. “Mungkin ada masalah pribadi sehingga korban mengakhiri hidupnya seperti itu,” ujar Indra.
Keluarga korban yang berada di depan kamar jenazah RS Bhayangkara tak kuasa menahan tangis. Bahkan, Yunia (45) ibu korban, beberapa kali terduduk dan menangis sejadi-jadinya. “Anakku... kenapa cepat balik,” ucapnya sambil menangis.
Anggota keluarga yang lain, berusaha menenangkan. Sementara ayah korban, Robinson, 49, terlihat murung. “Anak saya orang baik. Dengan ibunya sangat dekat dan manja. Keluarga kami baik-baik saja,” ujar Robinson.
Dirinya menyebut, putrinya Eni merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Mereka mengontrak kosan di Jalan Srijaya Negara, Lr Hasan AS, RT 33, Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat (IB) 1, sejak setengah tahun terakhir.
Sebenarnya, lanjut dia, mereka ada keluarga di Palembang. Namun, lebih memilih indekosan walaupun tidak jauh dari rumah keluarga. “Saya sendiri tidak ada firasat atau mimpi apa-apa. Anak saya juga tidak pernah cerita kalau ada masalah,” ucapnya.
Sementara, Maryana, 86, nenek buyut korban menerangkan, cicitnya akan dimakamkan di Desa Bumi Genap. “Langsung kami makamkan begitu sampai di desa,” ucapnya.
Lebih jauh dikatakannya, mereka tidak bisa menduga yang melatarbelakangi cicitnya melakukan hal tersebut. “Biarlah polisi yang menanganinya,” imbuhnya.
Sementara, paman sekaligus kakak kelas korban, Putra (17) mengaku, sehari sebelum kejadian, korban sempat datang ke rumahnya. Saat itu, ujarnya, korban datang bersama temannya bernama Wahyu. Namun, Putra tidak merinci secara detail maksud kedatangan keduanya. “Ya, namanya keluarga. Pasti silaturahmi. Kalau masalah pribadi, saya tidak tahu,” ujarnya.