Era Wiranto Terbang Tenang, Pilotnya Pak OSO Kami Muntah
Dalam pertemuan itu, DPD menyampaikan kondisi selama kepemimpinan OSO dan meminta jalan keluar atas situasi tersebut. ’’Pak Wiranto juga tidak habis pikir dengan situasi ini dan meminta agar diselesaikan sesuai AD/ART,’’ katanya.
Marlis menambahkan, ada perbedaan tajam dari kepemimpinan Partai Hanura era Wiranto dengan OSO.
Pada era Wiranto, Hanura bisa lepas landas, terbang tenang, dan mendarat di dua kontestasi pemilu dengan selamat.
’’Namun, saat pilotnya Pak OSO, kami dibawa sampai muntah. Karena pesawat ini (Hanura, Red) milik kami, kami minta ganti pilotnya. Kami minta dalam satu–dua hari ini digelar munaslub, atau kami yang membubarkan diri,’’ tegas Marlis.
Menurut Marlis, selama kepemimpinan OSO, ada sejumlah pelanggaran AD/ART. Pelanggaran paling mencolok adalah saat digelar rakernas di Bali.
Saat itu OSO meminta agar mandat pengangkatan DPC tingkat kabupaten/kota diserahkan kepada dirinya selaku ketua umum. ’’Itu pelanggaran AD/ART. Pengangkatan DPC adalah kewenangan DPD,’’ kata Marlis.
Hal lain yang dilanggar OSO adalah pakta integritas. Sebelum menjabat Ketum (ketua umum), OSO di hadapan Wiranto dan Ketua Dewan Penasihat Subagyo H.S. menandatangani pakta integritas yang berisi sejumlah janji.
Antara lain, menjaga soliditas serta meningkatkan elektabilitas partai. Dua janji tersebut hingga saat ini gagal dilaksanakan.