Errol
Oleh Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Pepatah Inggris mengatakan, Everybody dies, but only some leave a legacy. Artinya: setiap orang akan mati, tetapi hanya orang-orang tertentu yang meninggalkan warisan berharga.
Pepatah Indonesia mengatakan, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.
Errol Jonathans, pendiri Radio Suara Surabaya (SS), adalah salah satu di antara sedikit manusia yang mati dan meninggalkan legacy. Errol meninggal Selasa (25/5) dalam usia 63 tahun dan meninggalkan legacy penting bagi jurnalisme radio di Indonesia.
SS yang dibangun Errol bersama pengusaha Soetojo Soekomihardjo menjadi radio pertama yang mengembangkan citizen journalism. SS menjadi ikon jurnalisme radio di Indonesia.
SS menjadi salah satu success story jurnalisme radio di Indonesia. Jurnalisme radio interaktif yang dikembangkan SS telah menjadi model dan membawa pengaruh penting dalam sejarah jurnalisme radio Indonesia.
Pada 1984, Errol berkolaborasi dengan Soetojo, pengusaha keturunan Madura, untuk mengembangkan bisnis radio. Errol punya pengalaman jurnalistik tulis ketika menjadi wartawan harian Pos Kota biro Jawa Timur.
Sejak menjadi mahasiswa di Akademi Wartawan Surabaya, Errol sudah menunjukkan minatnya yang serius terhadap radio. Oleh karena itu, Errol tidak berpikir panjang ketika Soetojo menawarinya mengembangkan radio.
Kolaborasi pengusaha dengan jurnalis semacam ini sudah banyak melahirkan kisah-kisah sukses dalam dunia media di Indonesia. Goenawan Mohamad, wartawan muda yang penuh idealisme, bersama sejumlah kawannya bertemu Ciputra pada 1971.