Etty Indriati, Profesor Kedokteran yang Juga Pelukis
Merasa Kering di Sains, Cari Warna Lain Situasi MalamSelasa, 18 Oktober 2011 – 08:08 WIB
Pameran tunggal tersebut juga kali pertama bagi Etty. Sebelumnya dia pernah mengadakan pameran. Namun, hal itu digelar bersama komunitas Sapaku di Jogjakarta. "Saya pameran lukisan lima kali bersama mereka," katanya.
Nah, proses terjadinya pameran tunggal itu juga tidak direncanakan. Awalnya, Sapaku hendak menggelar pameran di Ritz-Carlton. Namun, karena suatu hal, pameran dibatalkan. Padahal, tempat telanjur disewa. "Akhirnya, ya sudah, saya adakan pameran. Kadang-kadang, hidup memang lebih baik mengalir saja. Lebih fleksibel dan membahagiakan. Daripada susah-susah kita merencanakan sesuatu tidak kesampaian, jadi kecewa," katanya. "Tapi, tetap harus bekerja keras lho ya," imbuhnya mewanti-wanti.
Penggemar film-film science fiction itu lulus dari S-1 Kedokteran Gigi UGM Jogjakarta pada 1987. Setahun kemudian, dia mengajar di almamaternya, sebelum pada 1991-1997 melanjutkan S-2 dan S-3 di University of Chicago, Amerika Serikat. Di dunia sains, Etty sudah menerbitkan 15 buku dan 80 jurnal ilmiah. Dia juga sudah ditahbiskan sebagai guru besar pada usia cukup muda, 42 tahun.