Eulis Rosmiati, 20 Tahun Menjadi Bidan di Desa Sangat Terpencil dan Tertinggal
Tergugah ketika Melihat Dapur Jadi Tempat BersalinRabu, 20 Juli 2011 – 02:56 WIB
Yang membuat Eulis geregetan, warga desa sering ditolak masuk RS karena pasien sudah membeludak. Karena tanggung untuk balik ke desa, akhirnya mereka terpaksa mencari RS lain. Ibu tiga anak itu pernah menangani kasus persalinan dan terpaksa membawa ke Bogor hanya untuk berobat. "Transpornya saja sudah habis Rp 1 juta," ungkapnya.
Akhirnya, dia berpikir agar warga desa bisa mandiri. Saat panas-panasnya reformasi 1998, Eulis mulai menjalankan strateginya memberdayakan warga desa. Dia mulai membentuk kelompok arisan WC. Tujuannya, meningkatkan jumlah WC di setiap RT. Maklum, saat itu, sangat sedikit warga yang mempunyai WC di rumahnya. "Harapan saya, kesehatan warga bisa membaik," terangnya.
Cara arisan WC itu, warga saling memberikan subsidi silang untuk membuat WC. Dari program tersebut, jumlah WC di tiap-tiap RT meningkat. Kalau sebelumnya hanya 500 orang yang punya WC, sekarang sudah tinggal 100-an rumah yang tanpa WC. Eulis mengklaim, warga saat ini lebih bersih dan kesehatannya juga meningkat.