Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Eulis Rosmiati, 20 Tahun Menjadi Bidan di Desa Sangat Terpencil dan Tertinggal

Tergugah ketika Melihat Dapur Jadi Tempat Bersalin

Rabu, 20 Juli 2011 – 02:56 WIB
Eulis Rosmiati, 20 Tahun Menjadi Bidan di Desa Sangat Terpencil dan Tertinggal - JPNN.COM
Eulis Rosmiati. Foto; Dhimas Ginanjar/ JAWA POS
 

Selain itu, dia menciptakan program arisan sebagai dana cadangan kalau ada keperluan pengobatan dan biaya persalinan. Agar warga mau bergabung, program tersebut diberi nama unik: "Seliber".?Singkatan dari seliter beras. Yakni, program pengumpulan beras bagi para warga yang bekerja sebagai petani dengan cara mengumpulkan dua sendok beras setiap hari.

 

Dari program tersebut, dalam sebulan, setiap petani mempunyai 60 sendok beras yang setara dengan seliter beras. Beras dari seluruh petani itu dikumpulkan dan dijual kepada tengkulak. Hasilnya, uang tersebut dijadikan dana simpanan untuk keadaan darurat. "Gampangnya, petani yang butuh uang untuk berobat tinggal mengajukan," jelasnya.

 

Bagi para nelayan, ada pula arisannya, yakni Meronce Kasih. Polanya sama seperti arisan seliber. Bedanya, pada arisan Meronce Kasih, nelayan mengumpulkan sekilo ikan dengan kualitas paling rendah setiap pergi melaut. Pola yang sama diberlakukan bagi penyadap gula aren dengan mengumpulkan 2 kg aren per bulan.

 

Para penambang pasir juga memiliki arisannya, yakni diberi nama Limaribu Kasih. Caranya, mengumpulkan Rp 5.000 setiap bulan. Tidak hanya itu, Eulis juga menciptakan jaminan asuransi kesehatan yang disebut Askes Lembur. Itu merupakan asuransi kesehatan yang hanya berlaku di lembur (sebutan kampung, Red). "Semua untuk dana darurat kesehatan," paparnya.

Menjadi bidan di desa yang sangat terpencil di Jawa Barat, bagi Eulis Rosmiati, dianggap sebagai pengabdian. Hingga kini, 20 tahun sudah dia mengabdi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close