Eyangnya Penyanyi Senior Ini Pernah Dibuang ke Pulau Bacan
Cerita mengenai seperti apa sosok Tirto disampaikan secara turun-temurun dalam keluarga.
Sosoknya yang kritis, berani memperjuangkan apa yang diyakini benar, serta punya prinsip yang kuat dan tidak mau dikasihani menjadi spirit yang mendarah daging kepada anak keturunannya.
”Itulah mengapa di antara keturunannya, jarang ada yang mau berpartai. Kebanyakan menjadi dokter, akademisi, atau terjun ke seni. Ada pula yang meneruskan jejak di bidang jurnalistik. Kami tetap berjuang dengan cara kami sendiri,” papar ibunda (alm) Gisca; Rama, 25; Surya, 23; dan Raya, 15; tersebut.
Disebutkan, Tirto yang memiliki nama lengkap Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo lahir di Blora pada 1875 dan wafat di Jakarta pada 7 Desember 1918.
Kemudian, makamnya dipindahkan ke Bogor pada 1973, satu area dengan makam putri sulung Dewi.
Pada 1973 pemerintah mengukuhkannya sebagai Bapak Pers Nasional.
Dorongan dari kalangan jurnalis, akademisi, dan sejarawan kemudian membuat pemerintah menganugerahkan gelar pahlawan nasional pada 2006. (glo/nor/and/c10/ang/sam/jpnn)