Fadli Zon Kritik Pemerintah Minim Kajian Soal Penerbangan
jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, pemerintah mestinya mengkaji terlebih dahulu penyebab mahalnya harga tiket. Selain itu juga mengkaji kenapa jumlah penumpang di bandara antara Januari hingga April 2019 bisa anjlok hingga 20 persen.
"Benarkah anjloknya jumlah penumpang karena harga tiket mahal, atau karena ada faktor lain, seperti anjloknya daya beli, perlu ditelaah lebih dahulu, dan tidak bisa disimpulkan sepihak begitu saja," kata Fadli dalam siaran persnya, Minggu (16/6).
Fadli juga meminta kajian apakah mahalnya harga tiket memang benar karena faktor duopoli, atau lainnya seperti jeleknya tata kelola industri penerbangan termasuk buruknya pemerintah dalam menyusun regulasi. "Itu juga kan perlu kajian," tegasnya.
Sayangnya, Fadli mencatat pemerintah memang seringkali melontarkan pernyataan sembarangan terkait kebijakan dalam industri penerbangan.
"Kesimpulan-kesimpulan mereka tak kredibel. Ada beberapa isu yang saya catat," katanya.
Pertama, ujar Fadli, ketika harga tiket pesawat pertama kali melonjak pada akhir 2018 lalu, Presiden Joko Widodo telah mengkambinghitamkan harga avtur sebagai penyebab kenaikan. Menurut dia, secara sepihak menyebut bahwa mahalnya harga avtur adalah karena monopoli Pertamina. "Padahal, harga avtur waktu itu justru sedang dalam tren penurunan," ungkap Fadli.
Dia menambahkan rata-rata harga avtur dunia yang pada Oktober 2018 berada pada level US$2,25 per galon, kemudian turun 13,52 persen menjadi US$1,95 pada November 2018, dan kembali turun menjadi US$1,71 pada Desember 2018.
"Jadi, naiknya harga tiket pesawat di Indonesia justru terjadi pada periode ketika harga avtur turun," ujarnya. Bahkan, sambung dia, maskapai-maskapai penerbangan yang tergabung dalam Indonesia National Air Carriers Association (INACA) pada Februari lalu mengakui bahwa kenaikan harga tiket memang tak berkaitan dengan avtur.