Fadli Zon: Tokoh-tokoh Deklarator KAMI Bukan Orang-orang Kalah
"Tidak ada yang keliru dengan tuntutan tersebut. Sebagai anggota @DPR_RI, saya justru berterima kasih karena ada yg mengingatkan untuk apa dan siapa sebenarnya kita harus bersuara di parlemen," ungkap Fadli.
Lebih lanjut Fadli mengatakan penilaian bahwa gerakan KAMI ini diisi oleh orang-orang yang kalah, atau pernah kalah, adalah ungkapan sinikal yang tak paham makna demokrasi. Sebab, dalam kacamata demokrasi, tak dikenal konsep yang menang dan yang kalah.
Menurutnya, demokrasi hanya mengenal konsep penguasa dan oposisi, yang menunjukkan pentingnya mekanisme check and balances dalam soal pemerintahan.
"Jadi, tokoh-tokoh yg mendeklarasikan KAMI kemarin bukanlah “orang-orang kalah”. Sebagian merupakan ‘senior citizens’ yg punya reputasi terpuji. Mereka adlh orang-orang yg mewakafkan diri untuk meluruskan jalan yang bengkok. Dalam bingkai demokrasi, posisi mereka sangat terhormat," papar Fadli.
Di sisi lain, lanjut dia, munculnya gerakan-gerakan seperti ini menunjukkan sedang ada masalah serius menggelisahkan masyarakat. Menurutnya, inilah poin paling penting yang seharusnya diperhatikan.
Masyarakat menilai sesudah 20 tahun reformasi, hampir semua tuntutan saat reformasi kini sedang dijegal. Dulu menentang korupsi, misalnya, namun kini lembaga anti-korupsi justru dilemahkan. Dulu menentang nepotisme, kini nepotisme dianggap biasa.
"Semua itu telah mencederai rasa keadilan masyarakat. Pada saat bersamaan, kanal-kanal politik yang seharusnya dapat menyalurkan kegelisahan publik dianggap macet. Semakin sedikit juru bicara rakyat," jelas Fadli.
Dia melanjutkan, begitu juga halnya dengan saluran-saluran ekstra parlementer. Menurut Fadli, perguruan tinggi dan intelektual kampus yang mestinya bisa menjaga jarak terhadap kekuasaan sehingga bisa jernih menangkap kegelisahan publik, kini justru seperti terkooptasi oleh kekuasaan.