Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Fahri Hamzah Puji Langkah Hanifan Merangkul Jokowi - Prabowo

Kamis, 30 Agustus 2018 – 19:46 WIB
Fahri Hamzah Puji Langkah Hanifan Merangkul Jokowi - Prabowo - JPNN.COM
Jokowi dan Prabowo berada dalam satu pelukan seorang pesilat peraih emas Asian Games 2018. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan kemesraan yang ditunjukkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Prabowo Subianto sebagai ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang diinisiasi atlet Pencak Silat Hanifan Yudani Kusumah, dalam pertandingan Asian Games 2018 adalah pemandangan yang bagus sekali.

“Langkah pesilat Hanifan yang memeluk Jokowi dan Prabowo itu sebagai momen yang damai,” kata Fahri saat dihubungi wartawan, Kamis (30/8/2018).

Bahkan, tambah Fahri, momen yang begitu mesra tersebut membuat banyak masyarakat yang terpukau, seolah-olah kedamaian dan persahabatan itu sesuatu yang mahal. Namun, ia mengingatkan agar terjebak seolah-olah tidak boleh nampak berbeda pendapat oleh pemerintah, tapi harus terus memeluk.

“Itu lah sebabnya, kita perlu mendudukkannya dalam sesuatu pengertian. Sebab kalau tidak, kita bisa terjebak seolah-olah kita tidak boleh nampak berbeda pendapat oleh pemerintah. Dan, seolah-olah harus terus memeluk pemerintah, dan baru disebut baik. Seolah-olah kita tidak boleh menyampaikan sesuatu yang berbeda dengan pemerintah, baru kemudian disebut cinta damai,” katanya.

Padahal, menurut politikus dari PKS itu, kritik dalam demokrasi kepada pemeritah khususnya, karena dialah yang menjalankan amanah rakyat yang begitu besar, justru itu esensinya. Sebab, oposisi dalam negara berdemokrasi adalah suatu keniscayaan yang tidak boleh kita lupakan.

"Karena justru Indonesia ini menderita begitu panjang dan lama karena hilangnya tradisi kritik. Di zaman kolonial tidak ada kritik, akibatnya kita dijajah dalam tempo yang lama sampai kemudian kita lakukan perjuangan bersenjata. Kenapa bersenjata, karena Belanda tidak mau berdialog," tuturnya.

Menurut Fahri, dialog dan kritik dalam tradisi demokrasi adalah seuatu kewajiban dan suatu keniscayaan. Karena dalam demokrasi itu bisa saling menasihati, dan saling mengkritik.

"Tapi entah apa yang terjadi di pemerintahan, sehingga pak Jokowi itu kelihatan begitu santun, tetapi aparatnya begitu kelihatan ganas, melakukan persekusi terhadap orang yang sekedar memperjuangkan tulisan yang mengatakan #2019GantiPresiden," ucapnya heran.

Kemesraan yang ditunjukkan Presiden Jokowi dengan Prabowo Subianto sebagai ketua IPSI yang diinisiasi Pesilat Hanifan adalah pemandangan yang bagus sekali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

TAGS   adv_dpr