Farel Prayoga
Oleh: Dhimam Abror DjuraidPenggunaan Joko Tingkir di lagu itu tidak pantas dan dianggap merendahkan sosok ulama dan raja yang terhormat.
Karena munculnya keberatan itu pencipta lagu Joko Tingkir meminta maaf.
Belum ada kabar mengenai permintaan pencekalan atau penarikan lagu itu dari pasaran.
Di berbagai kanal media sosial lagu berirama dangdut komplo itu masih tetap sangat populer dan digemari berbagai kalangan.
Jokowi mungkin berpikir sederhana saja, lagu Joko Tingkir sedang populer dan karenanya dia ingin mendengarkan langsung dari Farel Prayoga sebagai penyanyi aslinya.
Akan tetapi, ada unsur yang dianggap sakral pada lagu itu. Ada sakralisasi pada nama Joko Tingkir sehingga dianggap tidak layak untuk dinyanyikan dalam lagu dangdut koplo.
Pembatalan lagu Joko Tingkir terasa paradoksal, karena penampilan Farel--bersama para pejabat yang menjadi background dancer di Istana--adalah semacam ‘’desakralisasi Istana’’.
Jokowi sering mengatakan bahwa Istana bukan pusat kekuasaan yang sakral. Jokowi juga selalu mengindentifikasikan dirinya sebagai bagian dari wong cilik atau kawula alit.