Fidel Castro, Satu di Antara Sedikit Manusia yang Hidupnya Sempurna
jpnn.com - HAVANA - Puluhan bahkan mungkin ratusan ribu orang memadatai jalan utama di Havana, Kuba, Rabu (30/11) kemarin. Mereka mengiringi perjalanan pulang sang El Comandante, Fidel Castro.
Abu Castro diarak dari Havana menuju Kota Santiago de Cuba, kota lahirnya revolusi lebih dari lima dekade lalu, untuk dimakamkan di sana.
’’Dia melakukan jauh lebih banyak dari misi yang harus ditunaikannya di dunia ini,’’ kata Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Di hadapan massa pendukung Castro, pemimpin yang pemerintahannya sedang diguncang oposisi itu menegaskan bahwa pria yang semasa hidup identik dengan cerutu tersebut merupakan satu di antara sedikit manusia yang hidupnya sempurna.
Sampai menutup mata pada 25 November kemarin, Castro tetap menjadi sosok pemimpin komunis yang disegani.
Perarakan abu Castro bermula dari Lapangan Revolusi, Havana. Selama empat hari, Castro akan menempuh perjalanan pulang ke Santiago de Cuba. Dalam perjalanan sejauh 900 kilometer itu, abu Castro akan singgah di beberapa lokasi yang menjadi tempat penting baginya saat menggelorakan revolusi 1959. ’’Saya Fidel! Saya Fidel!’’ seru massa di lapangan bersejarah yang selalu menjadi tempat pidato Castro tersebut.
Di Amerika Latin dan Afrika, pemimpin kelahiran Kota Biran, Kuba, itu sangat populer. Sebab, pencetus Revolusi Kuba tersebut gigih memerangi ideologi Amerika Serikat (AS). Bahkan, embargo ekonomi pun tak mampu membuatnya luluh.
Tanpa uluran tangan Negeri Paman Sam dan sekutu Baratnya, Castro sukses menyejahterakan rakyat Kuba. Terutama di bidang kesehatan dan pendidikan.