Fikri Faqih Dorong Pemerintah Evaluasi Kerja Sama Pariwisata dengan Tiongkok
Sistem pembayaran pun ternyata dilakukan secara cashless (non-tunai) menggunakan aplikasi pembayaran yang berasal dari China, seperti Wechatpay. “Nyaris tidak ada aliran dana dari turis China ke devisa kita kalau begitu,” keluh Fikri.
“Ini praktik yang kita bisa menyebutnya negatif tourism, apa dampak kedatangan turis asal China selain menambah sampah lingkungan di Bali saja,” tanya Fikri.
Karenanya, bila pemerintah belum melakukan langkah perbaikan atas fenomena kedatangan wisman asal China yang sangat merugikan destinasi wisata tujuan, sebaiknya langkah bilateral urung dilakukan.
“Seharusnya diurungkan, selama kita belum memaksimalkan lonjakan kunjungan wisman China tersebut agar berdampak secara ekonomi lokal, dan berprinsip mutualisme atau saling menguntungkan,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia dan China terus berkolaborasi meningkatkan kerja sama bilateral kedua negara termasuk sektor pariwisata.
“Pihak Cina sepakat untuk terus melakukan kolaborasi internasional guna penanganan dalam pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19, mempromosikan kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan bilateral kedua negara, terutama dalam mendukung pariwisata," ujar Luhut dalam keterangan tertulis, akhir pekan lalu.
Seharusnya Lirik Negara Potensial Lain
Fikri menilai, potensi wisatawan dari negara lain, khususnya negara tetangga seperti Malaysia dan Australia malah belum digarap secara maksimal. Data 2019 sebelum pandemi menunjukkan, Malaysia masih merupakan negara penyumbang wisman terbesar sebanyak 2,98 juta kunjungan, disusul China dengan 2,072 juta kunjungan.