Film Da'wah, dari Indonesia Menuju Roma untuk Dunia
Dalam film dokumenter itu Spinelli mengangkat kehidupan santri bernama Rafli, seorang remaja keturunan Jerman. Ada pula sososk M. Hasan Masduqi, Muhammad Shofi dan Ahmad Yazid dari Pasuruan.
Spinelli yang juga direktur, pendiri dan pencipta festival Asiatica Film Medial menampilkan kebersahajaan para santri dalam didikan seorang ustaz yang berdakwah seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. Dakwah bermakna mengajak dengan kebaikan, bahkan ketika Rasulullah diserang musuhnya.
Islam sebenarnya adalah yang menentang kekerasan. Sebab, makna Islam adalah tentang ketenangan hati dan cinta pada sesama. Nilai itulah yang dibawa keempat santri dalam Da’wah seiring cita-cita mereka menjadi ustadz atau guru agama, pemimpin bukan agama dan pengkhotbah.
Spinelli menggambarkan hari-hari biasa di pesantren seperti belajar Alquran dan Bahasa Arab serta mata pelajaran lain, bangun pagi, antre untuk salat subuh, mengikuti ceramah dan senam pagi, hingga apa yang mereka lakukan sebelum pulang ke rumah untuk istirahat pada Bulan Ramadan.
Perjalanan film Da'wah sampai ke Rome Film Festival memang cukup panjang. Film Da’wah sebelumnya mendapat apresiasi dari masyarakat Inggris di acara gathering di Curzon, London, SOHO, pada 31 Maret 2017.
Setelah melalui evaluasi dari Committee of Festa Del Cinema Di Roma, Da'wah dinilai sangat baik dalam sisi sinematografi dan penceritaaan yang relevan, terutama untuk membuka mata komunitas Eropa tentang gambaran Islam sebagai agama yang damai.
Akan ada pertemuan dan dialog antar-keyakinan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia Vatikan dan KBRI Roma, dengan mengundang banyak pemimpin agama dan komunitas untuk berkumpul, berdialog tentang halal lifestyle di dunia dan Indonesia sekaligus menonton bersama film Da'wah.(adv/jpnn)