Film G 30 S/PKI, Ternyata Adegan Penyiksaan Sudah Diperhalus
Misalnya, dialog istri Jenderal Besar A.H. Nasution yang bertanya kepada Ade Irma Suryani saat gadis kecil itu tewas tertembak.
Atau, jeritan Chatryn Pandjaitan, putri sulung Brigjen Donald Isaac Pandjaitan, ketika melihat ayahnya ditembak para tentara penculik.
Arifin dan Jajang pun menanyakan detail-detail lain. Contohnya, sifat para jenderal, baju yang dikenakan anggota keluarga saat penculikan terjadi, hingga hal terakhir yang dilakukan para jenderal sebelum diculik atau ditembak di rumah masing-masing.
”Semua itu berguna untuk menyusun cerita, menentukan kostum dan properti, serta mempersiapkan make-up,” kata Jajang.
Menurut Jajang, selain riset dan penyiapan properti, proses paling lama dalam penggarapan film adalah mencari pemeran alias casting.
Sebab, Arifin mencari pemeran yang benar-benar mirip. Dibantu asisten dan kru film, Arifin berupaya mengamati siapa saja yang punya kemiripan dengan tokoh yang akan diperankan. ”Mereka coba cari di tempat-tempat umum, misalnya, masjid dan gereja,” kata Jajang.
Jika mendapat sosok yang mirip, kru akan mendatangi yang bersangkutan untuk dijelaskan perihal film.
Lantas, jika setuju, mereka akan diajak ke kantor PPFN untuk diminta membaca dialog sebagai bagian dari casting.