Film G30S/PKI, Antara Malam Horor bagi Murid dan Penyesalan Sutradara
jpnn.com, JAKARTA - Polemik tentang pemutaran film Pengkhianatan G30S/PKI selalu bergulir setiap akhir September. Banyak pihak mendukung, tetapi tak sedikit penentang pemutaran film yang dirilis pada 1984 itu.
Pengkhianatan G30S/PKI diproduksi oleh Pusat Produksi Film Negara (PPFN). Adapun sutradaranya ialah Arifin C Noer.
Sineas Garin Nugroho bersama akademisi Dyna Herlina S dalam buku ‘Krisis dan Paradok Film Indonesia’ menyebut Pengkhianatan G30S/PKI merupakan propaganda antikomunis.
Menurut Garin dan Dyina, Pengkhianatan G30S/PKI bukanlah satu-satunya film antikomunis yang menjadi media propaganda Orde Baru. Ada pula film Djakarta 1966 yang dirilis pada 1982, dan Operasi Trisula: Penumpasan Sisa-sisa PKI di Blitar Selatan buatan 1986.
Namun, Pengkhianatan G30S/PKI memang film antikomunisme paling kontroversial. Garin menyebut film itu dengan istilah dokudrama yang merupakan tafsir penguasa Orde Baru atas peristiwa 30 September 1965.
“Film itu merupakan produksi kolosal dengan biaya besar, berdurasi 4,5 jam, berisi banyak adegan kekerasan dan pidato politik,” tulis Garin.
Film-maker asal Yogyakarta itu juga mencatat Pengkhianatan G30S/PKI tidak diedarkan secara komersial. Salah satu sebabnya ialah PPFN tidak mau mengambil risiko jika film itu gagal di pasar atau tidak memperoleh perhatian penonbton.
Namun, Pengkhiatan G30S/PKI menjadi film paling banyak ditonton rakyat Indonesia.