Final Piala FA: Demi Kesempurnaan Manchester City dan Guardiola
Pelatih yang memenangi 14 trofi dalam empat musim sebagai pelatih Barcelona itu membeberkan situasi ruang ganti timnya sangat antusias dan rileks. Pemain-pemain belia seperti Phil Foden (18 tahun) maupun Oleksandr Zinchenko (22 tahun) berada dalam frekuensi yang sama dengan seniornya seperti Vincent Kompany (33 tahun) dan David Silva (33 tahun).
Tanpa mengurangi rasa respek kepada Watford karena rekor Guardiola lawan mereka, enam laga Guardiola memenangi semuanya, atmosfer final bisa mengubah semuanya. Pengagum Johan Cruyff itu berkata Watford dan Wolverhampton Wanderers adalah dua tim dengan gaya main terbaik di luar enam besar Premier League.
“Permainan Watford konsisten dibanding jika dibandingkan Everton yang posisi finisnya lebih bagus dari mereka. Di bawah kendali Javi Gracia yang punya pengalaman luas di berbagai liga, maka dia tahu apa yang harus dilakukan bersama Watford,” ucap Guardiola.
Kekuatan The Hornets menurut Guardiola terletak pada ketangguhan fisikal para pemainnya dan juga mautnya set piece Troy Deeney dkk.
Bek kiri City Zinchenko mengamini apa yang dikatakan Guardiola. Soal meraih titel itu bak candu. Dan menurut bek asal Ukraina itu kemenangan di Piala FA akan menyempurnakan musim mereka.
“Menang di turnamen melahirkan perasaan yang tak bisa dipercaya. Bermain di final, atmosfer yang megah, dan pertarungan final yang spesial tak akan bisa dilupakan,” tutur Zinchenko kepada Sky Sports.
Sementara itu, pelatih Watford Javi Gracia kepada Manchester Evening News memahami bagaimana City menginginkan hasil tanpa catat musim ini. Tapi Watford punya motivasi lebih tinggi. Inilah final Piala FA kedua mereka setelah menunggu 35 tahun. Watford melaju ke partai puncak Piala FA musim 1983-1984 namun kalah 0-2 oleh Everton.
“City merupakan tim terbaik di Premier League tetapi bukan yang terbaik di dunia karena perjalanan musim ini menunjukkan demikian. Jika ditanya apa yang bisa kami lakukan? Kita tunggu saja,” ujar Gracia. (dra)