Gagal Jumatan di Hays
Saya ingin magriban di sana. Sama. Sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Di luarnya, pun di dalamnya. Tidak ada cahaya lampu. Gelap.
Ternyata ada pintu di pagar itu. Cuma tidak seperti pintu.
Saya coba parkir di dekat yang seperti pintu itu. Saya lihat ada semacam tali. Yang bisa ditarik. Untuk melepaskan engsel. Kelihatannya.
Tapi saya tidak berani mencoba membukanya. Khawatir ini bukan masjid. Ini rumah orang. Yang kalau memasukinya bisa kena perkara. Kalau tanpa izin.
Saya celingukan. Tengok kiri tengok kanan. Rumah tetangga pun gak ada yang buka. Tidak ada juga manusia. Sejauh mata memandang.
Saya coba telepon lagi. Aneh. Ada nada sambung. Begitu diangkat saya perkenalkan asal-usul saya: agar memaklumi kualitas bahasa Inggris saya.
Ternyata itu bukan masjid. Telepon itu. Saya cek nomornya benar.
Jangan-jangan masjid itu sudah lama dijual. Atau dulunya sewa. Lalu sewanya habis. Macam-macamlah dugaan yang terbayang di imajinasi saya.