Galanggang Arang: Membangkitkan Nilai Universal di Warisan Tambang Batu Bara Ombilin
“Rangkaian aktivasi yang dilakukan juga akan menyediakan ruang bagi keterlibatan anak-anak, pelajar, dan generasi muda. Karena warisan dunia bukan hanya milik masa lalu dan masa kini, tetapi juga bagi generasi muda di masa yang akan datang,” ujar Hilmar Farid.
Tambang batu bara Ombilin tidak berdiri sendiri. Daerah-daerah penyangga, terutama tujuh kabupaten dan kota yang terhubung dengan industri ini, yaitu Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padangpanjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang, memiliki keterkaitan sebagai dampak dari keberadaan tambang batu bara Ombilin.
Dampak tersebut dihasilkan dari interaksi yang terjadi, mulai dari bidang ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, gaya hidup, baik sebagai hasil dari mobilitas dan interaksi manusia maupun barang.
Upaya untuk merespons penetapan tambang batu bara Ombilin sebagai warisan dunia segera dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek.
Aktivasi dilakukan dengan cara memperkuat ekosistem yang terkait dengan WTBOS.
Dia mengatakan serial kegiatan yang akan dilaksanakan bertajuk “Galanggang Arang.”
Kata “Galanggang” memiliki arti ruang, lapangan atau keramaian, sementara kata “Arang” adalah sebutan lokal untuk batu bara.
Sebagai istilah, kata “Galanggang” juga berarti medan perjuangan atau arena perlombaan, sementara “Arang” juga berarti sumber energi yang siap digunakan.