Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Gara-Gara Harley Davidson Tersempil, Bisnis Garuda Dikorek-korek

Sabtu, 07 Desember 2019 – 16:18 WIB
Gara-Gara Harley Davidson Tersempil, Bisnis Garuda Dikorek-korek - JPNN.COM
Pesawat Garuda Indonesia. Foto : Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman, mendorong Menteri BUMN Erick Thohir segera membentuk tim, untuk melakukan audit terhadap praktik bisnis yang lazim di PT Garuda Indonesia selama ini.

Menurut Ferdy, satu di antaranya praktik sewa pesawat ke leasing, yang dilakukan di perusahaan maskapai pelat merah itu selama ini. 

"Kan Garuda ini banyak rental pesawat. Si tukang rentalnya untung, Garudanya tiarap. Misalnya per 2018, itu dari total 202 unit pesawat yang dioperasikan, hanya 22 unit pesawat yang dimiliki Garuda. Sisanya, 180 unit pesawat adalah rental ke perusahaan leasing (pembiayaan) pesawat," ujar Ferdy di Jakarta, Sabtu (7/12).

Menurut Ferdy, besarnya jumlah pesawat yang disewa membuat pengeluaran bayar sewa juga sangat besar. Tercatat total biaya leasing yang harus dibayar pada 2018 mencapai Rp 1,04 triliun. Antara lain ke Export Development Canada sebesar Rp 733 miliar. Kemudian ke Mitsuis Leasing Capital sebesar Rp 3,3 miliar untuk 46 unit pesawat dan IBJ Verena Finance Rp 7 miliar untuk 50 unit pesawat.

Akibat besarnya biaya yang harus dibayar untuk sewa pesawat, Garuda tercatat terus merugi. Pada  2014 mencapai Rp 5,1 triliun. Kemudian pada 2017 merugi sebesar Rp 2,2 triliun dan 2018 sebesar Rp 2,78 triliun.

"Sementara beban operasional penerbangan sangat besar, 2017 sebesar Rp 34,6 triliun dan 2018 meningkat sebesar Rp 38 triliun. Kerugian ini memang dipompa oleh biaya operasional penerbangan Garuda termasuk pembelian avtur, pembelian perangkat lunak dan keras pesawat. Tahun 2018, biaya bahan bakar, termasuk avtur (43,57%) sebesar Rp 19  triliun dan biaya sewa," katanya. 

Lebih lanjut Ferdy mengatakan, risiko kinerja keuangan dan manajemen yang buruk membuat harga tiket penerbangan menjadi naik. Untuk kategori Asia Tenggara, Garuda termasuk maskapai penerbangan paling mahal. 

Kenaikan tiket pesawat tersebut berdampak buruk terhadap perekonomaian. Sektor pariwisata adalah bagian yang paling berdampak dari mahalnya harga tiket.

Pascaterkuaknya kasus penyelundupan Harley Davidson via pesawat Garuda, membuat aktivitas bisnis maskapai pelat merah ini dikorek-korek.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close