Garuda di Lumbis Ogong, Isi Perut di Malaysia
jpnn.com - TARAKAN - Mereka bukan tidak cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tetapi, soal isi perut, warga perbatasan di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, terpaksa ’’menggadaikan’’ rasa nasionalismenya. Eksodus bukan cerita kosong. Salah satu buktinya, sudah ada "erangan" identity card (IC) Malaysia di bumi pertiwi. Tidak percaya? Buktikan.
"Kalau dulu warga kami pindah ke Malaysia karena takut ada perang konfrontasi 1965, sekarang ini banyak warga kami yang pindah ke Malaysia demi hidup lebih layak," ungkap Marthen, kepala Desa Kuyo.
Pernyataan Marthen dibenarkan Tambilangan, warga desa Sumantipal. Menurut dia, warga di pedalaman dan perbatasan sebenarnya enggan pergi meninggalkan tanah kelahiran mereka meski kesulitan memenuhi sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka pun harus hidup penuh penderitaan dan perjuangan serta fight dengan kondisi alam dan hutan perawan Lumbis Ogong.
Karena hidup susah itulah, niat pindah ke Malaysia semakin sulit dicegah meski awalnya mereka beralasan mencari kerja dan sebagainya.
"Ya beginilah, kami hanya mengandalkan makan dari padi gunung atau berburu di hutan untuk memenuhi dapur sehari-hari. Penghasilan lain tidak ada,’’ tuturnya.
Potret pedalaman dan perbatasan yang sangat memprihatinkan tersebut mendorong warga Lumbis Ogong untuk hijrah ke Malaysia yang diawali dengan masuk secara ilegal. Mereka lantas dijamin, bekerja di perkebunan, lalu mendapatkan IC karena sudah dua tahun tinggal di desa-desa wilayah Sabah, Malaysia.
Marthen bahkan mengaku, hampir 99 persen warganya memiliki IC Malaysia. Hanya dia yang tidak mempunyai IC karena dirinya merupakan aparat desa. Mengapa warga Desa Sumantipal, Desa Labang, Desa Ngawol, Desa Lagas, mudah memiliki IC atau kartu penduduk Malaysia?