Gawat! 55 Persen Wanita Sulsel Terpapar Merkuri
Koordinator peneliti Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknik (Science and Enginering) Ehime University Jepang, Prof Masayuki Sakakibara, Masayuki, mengungkapkan, selain lewat kosmetik, paparan merkuri juga melalui ikan yang dimakan. Warga yang tinggal di kawasan pertambangan logam ilegal atau yang menggunakan sistem amalgamasi, akan menjadi rentan.
Air sistem amalgamasi ini akan dibawa ke laut lalu ikan menjadi terkontaminasi. Selanjutnya, manusia yang mengonsumsinya akan terpapar merkuri. Bukan hanya di derah Sulsel, hal ini juga banyak terjadi di Gorontalo, Palu, dan Kendari.
"Kadar merkuri yang ada di dalam air sudah ada yang sampai 75 PPM," ujar Masayuki.
Ia mengungkapkan, pemutih wajah yang banyak dijual di Indonesia, kebanyakan mengandung merkuri. Indonesia berada pada posisi kedua dalam hal penggunaan merkuri untuk produk kosmetik dan paling banyak korban yang terpapar. Posisi pertama dipegang oleh Tiongkok. Bahkan ikan pun semakin tercemari merkuri.
"Dokter di Jepang menyarankan tiga bulan ke depan sudah tidak bisa lagi makan ikan tuna," katanya.
Masayuki menyayangkan banyaknya perempuan Indonesia yang ingin mengubah warna kulitnya dari cokelat menjadi putih. Padahal, sistem pertahanan atau proteksi kulit bagi wanita Indonesia, memang berwarna cokelat.
"Kenapa kita berkulit cokelat? Karena itu sistem pertahanan alamiah dari ultraviolet," imbuhnya.
Salah satu cara sederhana untuk menguji pemutih kulit mengandung merkuri atau tidak adalah dengan menggosokkannya secara terbatas pada kulit tangan. Jika kulit menjadi merah, maka kosmetik tersebut patut dicurigai mengandung merkuri. (zuk)