Gejala IBD Sering Terabaikan, Akibatnya Fatal, Waspadalah
Prof. Marcel juga menjelaskan penanganan pasien IBD memerlukan kerja sama multidisiplin karena manifestasinya dapat multiorgan.
"IBD center RS Abdi Waluyo memberikan serangkaian layanan terpadu oleh dokter-dokter spesialis dan subspesialis dari berbagai bidang, di antaranya pelayanan spesialisasi gastroenterologi, bedah digestif, nutrisi, perawatan psikososial, dan pelayanan lainnya," ungkapnya.
Sementara itu, untuk meningkatkan pelayanan pasien IBD, RS Abdi Waluyo bekerja sama dengan University of Chicago, melalui diskusi kasus sulit, kerja sama simposium dan sesi mini lecture. Kerja sama ini sudah dirintis sejak 2023 dan berlanjut sampai sekarang.
dr. Nathania S. Sutisna, SpGK, spesialis gizi klinik RS Abdi Waluyo mengatakan beberapa faktor risiko IBD berasal dari sisi nutrisi, yaitu akibat seringnya mengonsumsi ultra processed food dan bahan aditif makanan.
Oleh sebab itu, pola makan pasien IBD harus diubah dan disesuaikan dengan pengobatan utama.
Saat timbul gejala, pasien harus memperhatikan kebutuhan kalori dam protein yang lebih tinggi dibanding saat mereka sehat, serta perhatikan keseimbangan cairan.
"Saat tanpa gejala (remisi), nutrisi perlu diatur agar dapat mengembalikan status gizi pasien, dan makanan diberikan secara bertahap sambil tetap memantau gejala," terang dr. Nathania.
Dia menambahkan pasien perlu memahami bahwa proses peradangan pada penyakit ini dapat mereda jika berkomitmen menjalani pengobatan dan modifikasi gaya hidup salah satunya dengan mengatur pola makan dan nutrisi sesuai dengan tingkatan IBD serta berolahraga. (esy/jpnn)