Gelar Doktor Honoris Causa dari ITB untuk Kiprah dan Jasa Hatta Rajasa
“Kejatuhan dan keberhasilan suatu negara makin ditentukan oleh keunggulan kebijakan publiknya, bukan oleh sumber daya alam, posisi strategis, bahkan politiknya. Semua itu adalah faktor pembentuk, namun bukan lagi faktor penentu,” tambah tokoh nasional kelahiran 18 Desember 1953 itu.
Menurutnya, Indonesia mampu melewati krisis 2008 dan 2012 karena belajar pada pengalaman 1998. Pada awal pemerintahan Presiden Keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), kata Hatta, Indonesia telah membenahi fundamental ekonominya serta mereformasi berbagai kebijakan di bidang investasi, keuangan, kelembagaan, sekaligus mengatasi kemiskinan dan ketimpangan.
“Melalui kebijakan Triple Track Strategy, pemerintah mendorong pertumbuhan, meningkatkan lapangan kerja, dan mengurangi kemiskinan,” ucap mantan menteri riset dan teknologi di era Presiden Megawati Soekarnoputri tersebut.
Untuk pembangunan saat ini dan ke depan, Hatta mengaku setuju dengan pernyataan Presiden Joko Widodo dan SBY tentang momentum 100 tahun kemerdekaan Indonesia pada 2045 sebagai titik Indonesia maju. Hatta pada 2011 menggulirkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) sebagai bagian integral perencanaan pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi Indonesia sebagai negara maju dan sejahtera pada tahun 2045.
“Mimpi kita, cita-cita kita pada tahun 2045, pada satu abad Indonesia merdeka tak lain adalah Indonesia telah keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah menjadi negara maju,” katanya dalam sidang terbuka yang dihadiri SBY itu.
Sementara Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA menyatakan, capaian-capaian yang telah diraih Hatta di bidang praktik maupun keilmuan kebijakan publik merupakan hal yang layak dibanggakan. ”Sekaligus menjadi sumber inspirasi bagi peningkatan dan perluasan kontribusi ITB di bidang kebijakan publik,” ujarnya.(ara/jpnn)