Geliat Negeri Tulehu setelah Dinobatkan sebagai Kampung Sepak Bola
Satu Rumah Satu Bola, Tugu Peluru Jadi Tugu Bola’’Sebenarnya, ide menggelar event ini ada sejak lama. Namun, kami semakin mantap untuk mengeksekusi setelah ada predikat kampung bola,’’ paparnya.
Tidak hanya membuat turnamen, Alibaba juga punya sejumlah terobosan untuk merombak kampungnya agar benar-benar menjadi kampung sepak bola. Salah satunya, membuat peraturan bagi semua warga yang mapan secara ekonomi untuk menyumbangkan satu bola setiap tahun untuk Negeri Tulehu. Bola-bola tersebut kemudian akan digunakan untuk membantu sejumlah SSB di Tulehu.
Sebelumnya, pria berusia 49 tahun itu berencana mengeluarkan kebijakan, setiap 20 rumah harus difasilitasi dengan lapangan sepak bola. Namun, setelah dibicarakan dengan pihak saniri (pejabat negeri), ide tersebut dibatalkan. Sebab, wilayah kampung seluas 14,34 kilometer persegi itu sudah penuh oleh 19.307 jiwa.
Selain itu, Alibaba dan warganya akan mengubah desain tugu selamat datang di desa yang berhadapan langsung dengan Selat Lease tersebut. Tugu itu saat ini memiliki puncak berbentuk selongsong peluru. Nanti, bola raksasa dipasang untuk menggantikan peluru itu.
’’Biar kehidupan masyarakat di sini bisa lebih damai dan lebih bersemangat untuk bermain bola selamanya,’’ ujar ayah tiga anak tersebut.
Alibaba mengisahkan, ada pengalaman kurang enak dengan tugu selamat datang yang berbentuk peluru tersebut. Selesai dibangun akhir 1998, pada 1999, pecah kerusuhan bernuansa SARA di sana.
Ke depan, di tugu selamat datang tersebut, diabadikan nama-nama pesepak bola hebat asal Tulehu. Kriterianya, pesepak bola itu harus masuk timnas. Baik timnas senior maupun kelompok umur. Sejauh ini, sekitar 300 pemain asal Tulehu menembus skuad Merah Putih.
’’Itu cara kami menghargai mereka yang telah mengharumkan nama negeri ini. Karena merekalah, banyak orang yang akhirnya mengenal Tulehu,’’ ungkap Alibaba.