Gelorakan Semangat Anak Muda Indonesia, Hasto: Jadilah Pemimpin, Bukan Jago Kandang
“Jadi, geopolitik Soekarno itu kemampuan melakukan force projection, dalam penguasaan iptek, budaya, olahraga, hingga militer dan bagaimana kita justru berlomba membangun nama bangsa di dunia, bukan mencela bangsa sendiri. Yang mencela bangsa sendiri itu mari kita sebut jago kandang,” ungkap Hasto.
Dia mengatakan bahwa semangat untuk berprestasi itu bisa dimulai dari lingkungannya masing-masing. Hasto menantang mahasiswa Untan berani menyelenggarakan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, sama seperti yang dilakukan mahasiswa Indonesia di sekitar tahun 1955-an.
Contoh lainnya, untuk konteks Kalbar, Hasto mempertanyakan adakah ahli tentang hutan yang mempelajari seluruh kekayaan hutan Kalimantan melalui pendekatan ekologis.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya ada ahli Sungai Kapuas, mengingat sungai adalah jalan peradaban. Menurut dia, riset dan inovasi itulah yang harus dipelopori Untan.
“Dengan meneliti Sungai Kapuas, jangan-jangan ada sesuatu di dalam hingga ujung Kapuas yang bisa berguna bagi kemaslahatan rakyat kita. Siapa ahli Kapuas di sini? Maka itu, kita harus kembangkan kampus berdasarkan geopolitik di sini. Hutan dan sungainya,” urai Hasto.
“Kalau kita mau meneliti apa yang kita punya dan kembangkan dalam skala industri dan ekonomi, kita akan sangat luar biasa. Masalahnya kita tak kenal dengan lingkungan kita, tak pernah meneliti lautan dan sungai kita,” ungkap Hasto di forum itu.
Hasto menilai anak muda dan mahasiswa Indonesia harus memperkuat ikrar diri sebagai pemuda yang menentukan masa depan Indonesia.
Untuk itu, kata Hasto, harus membangun imajinasi atas Indonesia, sama seperti Soekarno, Hatta, Moh. Yamin, dan pendiri bangsa lainnya.