Gemar Bikin Hoaks, Tanda Gangguan Mental?
jpnn.com - Semakin ke sini semakin banyak hoaks yang tersebar di masyarakat. Tak jelas siapa dan apa motif di balik keisengan tak bertanggung jawab tersebut. Tapi yang jelas, kemajuan teknologi bernama internet turut andil membantu penyebaran berita bohong seperti itu.
Lalu, dengan maraknya hoaks beberapa waktu belakangan, pernahkah Anda berpikir tentang tujuan di balik pembuatan berita seperti itu? Dan, sebenarnya, apa yang melatarbelakangi si pelaku hingga berkeinginan membuat berita palsu dan menyebarkan segala bentuk kebohongan?
Ada yang mengatakan, mereka yang membuat dan menyebarkan hoaks sebenarnya memiliki gangguan mental sehingga berani dan senang dengan adanya berita bohong. Lalu, benarkah hal tersebut?
Hoaks dan gangguan mental
Saat seseorang menggunakan “kebohongan” yang disadari dirinya dan orang lain untuk tujuan kesenangan dalam satu waktu, hal itu tentu tak bisa dikatakan sebagai gangguan mental. Akan tetapi, apabila orang itu membuat kebohongan yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, terkait dengan kepentingan orang banyak, bersifat krusial, dan dilakukan tak hanya sekali saja, kemungkinan besar memang ada yang tidak beres dengan dirinya. Dan, dua gangguan mental yang sering dikaitkan dengan orang yang gemar membuat hoaks adalah mythomania dan histrionik.
Mythomania
Dilansir dari berbagai sumber, mythomania merupakan kondisi seseorang yang kerap melakukan kebohongan dalam jangka waktu yang lama, rutin dilakukan, tetapi pada dasarnya tindakan ini tidak mencari sebuah keuntungan.
Orang yang menderita mythomania sudah menjadikan sebuah kebohongan sebagai bagian yang besar dalam hidupnya. Lebih dari itu, penderita gangguan mental jenis juga ini percaya dengan kebohongannya sendiri. Karenanya, ia kerap kesulitan membedakan mana yang nyata dan yang tidak dalam kehidupannya.