Gerindra: Kebijakan Pemerintah Abaikan Kesejahteraan Rakyat
Kemudian diikuti oleh kenaikan BBM non subsidi dan penertiban subsidi tarif dasar listrik terhadap 20 juta pelanggan, yang diperkirakan masih akan terjadi pada tahun 2019.
Terkait tingkat suku bunga Surat Perbendaharan Negara (SPN) 3 bulan dalam asumsi makro ditetapkan berkisar antara 4,6 persen hingga 5,2 persen, masih belum kondusif untuk masuknya arus modal ke Indonesia, dan kenaikan suku bunga The Fed sepanjang tahun 2018 diperkirakan berdampak pada tahun 2019 yang mengakibatkan likuiditas akan banyak mengalir ke luar negeri.
Fraksi Gerindra juga berpandangan bahwa nilai tukar rupiah yang stabil akan sangat berperan penting bagi APBN dan perekonomian nasional. Namun ada phenomena baru yang menarik terjadi pada bulan April 2018, terjadi depresiasi rupiah sebesar 3 persen terhadap USD, tapi nilai ekspor bulan April turun dibandingkan bulan sebelumnya.
Kemudian harga minyak mentah Indonesia (ICP) tahun 2019 diperkirakan akan naik seiring dengan kenaikan harga minyak mentah dunia. Gerindra memprediksi harga minyak dunia dapat menembus angka psikologis US$100 per barel, sebelum tahun 2019.
Lifting minyak bumi yang diperkirakan pemerintah berkisar antara 772-805 (ribu barel setara minyak per hari), melihat kondisi saat ini dan program kebijakan yang dilakukan pemerintah, angka itu dianggap terlalu optimis mengingat dalam beberapa tahun belakangan pemerintah tidak pernah mampu mencapai target lifting.
"Kami perkirakan lifting minyak bumi sekitar 750 (ribu barel setara minyak per hari), demikian juga dengan perkiraan Pemerintah untuk lifting gas bumi yang berkisar 1.210 -1.300, kami perkirakan 1.250 (ribu barel setara minyak per hari)," jelasnya.
Di akhir pandangan fraksinya, Heri mengingatkan pemerintah bahwa tahun 2019 merupakan tahun transisi politik. Kebijakan yang diambil tentunya tidak boleh membebani apalagi menghambat perbaikan kinerja pemerintahan terpilih melalui Pemilu tahun 2019. (fat/jpnn)