Gerindra Pesimistis dengan Pertumbuhan Ekonomi 2018
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi Gerindra Heri Gunawan pesimistis pertumbuhan ekonomi 2018 bakal mencapai target hingga 6,1 persen, seperti yang dipaparkan Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada DPR, Jumat (19/5) kemarin.
Dia menilai pidato terkait pertumbuhan ekonomi tersebut hanya lips service. Bagi rakyat, katanya, tidak soal berapa pun angkanya.
"Pendeknya, pertumbuhan ekonomi harus berkualitas. Kembali lagi, pemerintah menyodorkan sebuah proposal pertumbuhan ekonomi yang ambisius hingga ditaksir mencapi 6,1 persen. Pertanyaan besarnya, pertumbuhan itu berkualitas tidak, atau justru kembali memble?" kata Heri dalam pernyataan tertulis, Minggu (21/5).
Dari data yang ada, pada tahun 2015 ekonomi nasional hanya tumbuh 4,79 persen, tahun 2016 sebesar lima persen, dan pada tahun 2017 diprediksi mencapai 5,2 persen. Sayangnya, pertumbuhan itu menurutnya kurang berkontribusi besar terhadap persoalan bangsa.
"Pengangguran cenderung naik, kemiskinan makin dalam, dan ketimpangan masih menganga," tegas politikus asal Jawa Barat ini.
Dia menyorot dari sudut pengangguran, jika dibandingkan dengan angka tahun 1986 yang hanya 2,7 persen, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat menjadi 5,61 persen pada tahun 2016 atau naik hampir 3 persen. Dibandingkan dengan sebelum krisis 1998 yang hanya 5,61 persen, rata-rata TPT pasca krisis meningkat drastis menjadi 7,94 persen.
"Artinya, pertumbuhan yang ada selama ini belum memberi perbaikan yang signifikan atas masalah pengangguran," sebut Heri.
Pada sudut kemiskinan, periode sebelum pemerintahan Joko Widodo, tingkat kedalaman kemiskinan ada pada angka 1,75 (tahun 2014). Namun, pada tahun 2015 memburuk menjadi 1,97 pada tahun 2015 dan 1,94 pada tahun 2016.
Lebih jauh, kedalaman kemiskinan di desa masih lebih parah dibandingkan dengan daerah perkotaan. "Kemiskinan di luar Pulau Jawa melebihi kemiskinan nasional sebesar 10,86 persen," ujar Heri.