Gitaris Padi Ari, Cerita tentang Puncak Ketenaran, Narkoba, dan Keinginan Bahagia
Ari menyadari, sebenarnya hidupnya sudah sempurna. Tuhan sudah luar biasa baik padanya. Namun, rupanya Ari kurang bisa bersyukur. Sehingga dia terjerumus ke lubang hitam.
Lantas, apa yang membuat Ari terjebak dalam dunia narkoba? Apa ada hubungannya dengan vakumnya Padi sejak 2010?.
’’Pada 2010, kami menjadi orang yang tidak bisa bersatu. Kami larut dalam ego masing-masing. Saat itu usia kami rata-rata 35 tahun, mungkin itu yang dimaksud not easy being thirty,’’ paparnya, lantas tersenyum.
Tidak hanya soal bermusik, prinsip secara general Satriyo Yudi Wahono (Piyu), Andi Fadly Arifuddin (Fadly), Surendro Prasetyo (Yoyo), Ari Tri Sosianto, dan Rindra Risyanto Noor seakan tersekat dalam pembatas tak berujung.
Jangankan mengobrol, untuk sekedar bertemu saja mereka berlima merasa enggan. Namun, entah kenapa, tidak ada satu pun diantara mereka yang ingin membubarkan Padi. Hanya satu kesepakatannya, vakum.
Bahkan pada 2011, Ari juga kaget saat Yoyo yang ditangkap karena menggunakan narkoba. Banyak yang bertanya, kenapa mereka bisa seperti itu? Ari sendiri mencoba menganalisis, sejak nama Padi melambung, hidup mereka berlima berubah total. Semua popularitas yang mereka dapatkan, tentunya mempengaruhi kondisi psikologis mereka.
Ada kebingungan yang tidak terjawab. Semua itu terakumulasi dalam benak mereka berlima. Dan secara tidak langsung, membuat mereka menjadi orang yang berbeda. ’’Istilahnya, jadi rock star itu nggak gampang loh. Kami juga mengalami kebingungan,’’ ulas penggemar The Edge U2, Eddie Van Halen, dan David Gilmour Pink Floyd tersebut.
Sejak vakum, semua personil Padi tenggelam dalam kesibukannya masing-masing. Termasuk Ari yang memilih fokus di studio miliknya. Namun, ketika itu yang Ari rasakan dirinya seolah ada di persimpangan. Ari merasa dia bukan dirinya yang dulu lagi. Ari bertemu lagi dengan dunia hitam yang pernah ditinggalkannya.