Golkar Alami Defisit Loyalitas dan Integritas
jpnn.com - JAKARTA- Ketua DPP Partai Golkar (PG) yang juga Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y Thohari mengakui jika di internal Golkar terjadi defisit atau merosotnya loyalitas dan integritas terhadap Golkar sebagai partai.
Khususnya dalam pencapresan Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie atau ARB yang ternyata banyak internal Golkar termasuk delapan ormas Golkar yang tidak kompak mendukung ARB, dan malah muncul tujuh orang Golkar yang tiba-tiba siap menjadi cawapres.
”Selain ada yang tidak mendukung ARB, sekarang malah muncul tujuh orang yang mengaku siap menjadi calon wapres, entah cawapresnya siapa? Sampai-sampai setelah bertemu seorang tokoh politik untuk berkoalisi, sang tokoh partai itu kemudian ditemui oleh orang Golkar sendiri, agar dia tidak mempercayainya. Menurut saya perilaku politik seperti itu’kan aneh,” lontar Hajriyanto dalam dialog ’Menghitung Arah Koalisi Parpol Jelang Pilpres’ bersama pengamat politik dari UIN Syahid Jakarta Bachtiar Effendy, dan Syamsuddin Haris dari LIPI di gedung MPR RI Jakarta, Senin (12/5).
PG sendiri akan menggelar Rapimnas pada 16 Mei-17 Mei nanti yang berisi tiga agenda penting, yaitu memastikan posisi ARB sebagai capres PG, mengubah posisi ARB dari capres menjadi cawapres PG, dan memastikan pasca koalisi apakah kalau PG kalah akan berada di luar pemerintahan atau berkoalisi dengan kubu pemenang.
”Jadi Golkar akan mendengar aspirasi 33 DPD, 8 ormas Golkar, dan DPP yang hanya memperoleh satu suara,” tukas Hajriyanto.
Menyoal apakah PG akan menjadi oposisi, dijawab Hajriyanto, oposisi bukan sesuatu yang mustahil bagi PG, karena memang sudah ada permintaan untuk itu. Karenanya, hanya artifisial atau mitos saja kalau ada yang mengatakan bahwa PG tidak terbiasa berada di luar pemerintahan atau menjadi oposisi.
Terkait laga Pilpres 9 Juli nanti, disampaikan Hajriyanto memang faktanya tak ada satu parpol pun yang mencapai perolehan suara 25 persen suara nasional atau 20 persen kursi di DPR RI dalam Pileg 9 April lalu. Karena itu memang harus berkoalisi dengan parpol lain untuk mengusung capres-cawapres.
Namun dijelaskannya, dalam koalisi itu selalu terkait tiga dimensi didalamnya untuk memastikan apakah koalisi yang akan dibentuk itu akan baik atau tidak, yakni ideologi, platform atau program, dan penentuan tokoh sebagai capres dan cawapres.