Golkar Alami Defisit Loyalitas dan Integritas
Selasa, 13 Mei 2014 – 04:31 WIB
”Berbicara ideologi dan platform akan selalu lancar, dan ketika menyangkut siapa capres dan cawapresnya, maka di titik itulah yang tersulit untuk mencapai kesepakatan. Tapi, umumnya pembicaraan koalisi sekarang ini pragmatis-opportunistik, yaitu siapa yang paling punya kemungkinan paling besar untuk menang,” terang Hajriyanto.
Namun yang disayangkan pria berkacamata itu, penilaian siapa yang paling mungkin menang itu justru datangnya dari hasil survei. ”Makanya memang diperlukan poros baru, dan kami (PG) optimis akan bisa bersikap setelah Rapimnas nanti,” pungkas mantan ketua Pengurus Pusat Pemuda Muhammadiyah ini. (ind)