GSM Ajak Gen Z Turun ke Sekolah Pinggiran, Ada Gap Besar
jpnn.com, JAKARTA - Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) membuat inisiatif Gerakan Turun ke Sekolah (GTS) sebagai wadah anak muda agar ikut serta berkontribusi dalam perubahan pendidikan di tanah air.
Itu juga sebagai penguatan kepedulian sosial di tengah gempuran budaya media sosial dewasa ini.
"Ada sejumlah persoalan besar di anak-anak muda zaman sekarang, dan ini adalah output dari pendidikan itu sendiri," kata Founder GSM, Muhammad Nur Rizal dalam konferensi pers virtual GTS baru-baru ini.
Salah satu masalah adalah begitu dominannya peran media sosial bagi anak-anak muda, yang mana tidak semuanya membawa nilai positif. Yang terjadi adalah gap sosial dan spiritual yang besar akibat informasi yang tumpah ruah di medsos.
"Contohnya banyak anak muda yang pamer kekayaan di TikTok, flexing di sana. Kondisi ini berbanding terbalik dengan kondisi anak muda di desa yang tidak punya apa-apa," kata dosen Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Gap atau kesenjangan masalah sosial dan spiritual ini, menurut Rizal akan membuat mereka mudah sekali terprovokasi, bahkan menjadi korban politik praktis. Terlebih lagi akan ada hajatan Pilkada serentak di daerah-daerah.
"Kesenjangan sosial ini mengakibatkan polarisasi keterbelakangan akan mudah dimanfaatkan untuk kepentingan politik sesaat," ucapnya.
Kondisi yang ada akan makin parah, Ketika dunia pendidikan kurang kritis dalam mengajarkan cara berpikir, untuk bisa memilah, memaknai, merefleksi diri. Anak muda akan makin tidak eksis di tengah-tengah perubahan dunia yang sangat pesat.