Gubuk Hebat Tempat Kumpul Ortu Penderita Cerebral Palsy
Berharap si Anak Bisa Mandiri ketika Ortu Tiada”Biasanya mengajak dokter anak, dokter saraf, atau bagian tumbuh kembang. Biar orang tua juga semakin mengerti bagaimana menghadapi (penderita) CP,” tutur Dea.
Memperingati satu tahun berdirinya Komunitas Cerebral Palsy Surabaya, mereka mengadakan gathering sekaligus workshop. Workshop itu diikuti semakin banyak keluarga penderita CP. Rasa prihatin muncul ketika ternyata para orang tua penderita CP mengeluhkan biaya terapi yang semakin mahal.
Menurut cerita Dea, di rumah sakit pemerintah, biaya untuk fisioterapi saja Rp 30.000– Rp 50.000, sedangkan di swasta bisa mencapai Rp 200.000. ”Padahal, anak CP diusahakan setiap hari mempunyai aktivitas dan kebanyakan dari golongan menengah ke bawah,” ucap dia.
Semakin besar Revan, akhirnya Dea memutuskan untuk pindah ke Solo. ”Namun, keluarga besar tidak mengizinkan,” ceritanya. Akhirnya, ayah mertua Dea, Samuri, punya inisiatif untuk menjadikan tanahnya sebagai tempat berkumpul komunitas CP sekaligus terapi bagi cucunya.
Akhirnya, pada 18 Oktober 2014, diresmikanlah Gubuk Hebat. Gubuk merupakan singkatan dari Grumegah Upoyo Bareng Keluargo. Artinya, bersama-sama bergandengan tangan antara keluarga CP dalam memenuhi kebutuhan dan mengantar anak CP mencapai kemajuan yang optimal.
Sementara itu, Hebat dimaknai sebagai perjuangan yang harus dilalui anak CP dan keluarganya dalam menjalani hidup. ”Kemajuan anak CP tidak bisa ditargetkan. Tapi, kami selalu berupaya,” katanya sembari mengawasi Revan yang sedang diterapi.
Gubuk Hebat menjadi base camp untuk komunitas CP Surabaya. Sekali mendayung, tempat itu juga menjadi tempat terapi bagi anak-anak CP. Alat-alat yang dulu dipakai Revan juga digunakan untuk terapi oleh yang lain. ”Revan kan semakin besar. Alat yang sudah tidak muat bisa dipakai yang lain,” papar ibu rumah tangga itu.
Terapis di tempat itu pun adalah orang yang menerapi Revan. Dea sengaja merekrut dua terapis yang mulanya dia kursuskan untuk menangani anak CP. Berbeda dengan di tempat lain, terapi di Gubuk Hebat menggunakan sistem subsidi silang. ”Yang mampu dikenai biaya Rp 60 ribu. Sedangkan yang tidak, disesuaikan kemampuannya. Bahkan, ada anggota yang untuk biaya transpor saja susah. Jadi, kami gratiskan,” ujar Dea.